20141203 Make Offerings with Utmost Sincerity
- Persembahan tertinggi adalah ketulusan. Mendengarkan
Dharma dengan penghormatan tinggi adalah persembahan tertinggi. Sila,
samadhi, dan kebijaksanaaan adalah eprsembahan yang sesungguhnya.
Pikiran yang benar-benar tulus, bebas dari pikiran yang kacau balau dan benar-benar sepenuhnya berkomitmen pada satu tujuan adalah pemikiran/pikiran yang tulus.
Pikiran yang benar-benar tulus, bebas dari pikiran yang kacau balau dan benar-benar sepenuhnya berkomitmen pada satu tujuan adalah pemikiran/pikiran yang tulus.
- Karena ketulusan hati kita, Buddha memasukki hati kita
dan kita akan menunjukannya di dalam diri kita sendiri. Untuk mewujudkan
sifat hakiki Buddha, kita harus mulai dari menyatukan rasa hormat yang
tinggi dengan sifat kesadaran kita. Inilah persembahan tertinggi untuk
"Three Treasures". Kita sadar akan "Three Treasures" di dalam kita
dengan menerima dan mempraktekkan Dharma, dengan membuat persembahan
itu. Terdengar sangat dalam, tapi sebenarnya hanyalah masalah pikiran
- Walaupun Buddha datang ke dunia ini ingin berbagi
pikirannya yang sudah tercerahkan dengan semua orang, itu sangat sulit
untuk disadari oleh kita. Siapa dari kita yang bisa sadar akan itu?
Kita makhluk hidup walaupun dapat mengerti pemikiran tersebut, tetapi tidak dipraktekkan. Inilah yang membuat Buddha sulit untuk mengajarkan kita karena makhluk hidup tidak memiliki ketulusan, dan mereka dengan ini tidak memiliki kepercayaan yang dalam.
Kita makhluk hidup walaupun dapat mengerti pemikiran tersebut, tetapi tidak dipraktekkan. Inilah yang membuat Buddha sulit untuk mengajarkan kita karena makhluk hidup tidak memiliki ketulusan, dan mereka dengan ini tidak memiliki kepercayaan yang dalam.
- Persembahan yang paling mendalam dan agung adalah
mendengarkan Dharma dengan rasa hormat yang tinggi. Kita harus dengan
sepenuh hati ketika mendengarkannya, dan serap itu ke dalam hati kita.
Biasanya ketika kita mendengarkannya, seringkali kita sangat cepat melupakannya. Kita mendengar, tetapi Dharma itu tidak lengket di hati dan pikiran kita, seperti air yang mengalir di dalam pipa. Setelah mengalir, pipa langsung kosong. Ini dikarenakan kita kekurangan "SIla, Samadhi, dan Kebijaksanaan".
Biasanya ketika kita mendengarkannya, seringkali kita sangat cepat melupakannya. Kita mendengar, tetapi Dharma itu tidak lengket di hati dan pikiran kita, seperti air yang mengalir di dalam pipa. Setelah mengalir, pipa langsung kosong. Ini dikarenakan kita kekurangan "SIla, Samadhi, dan Kebijaksanaan".
- Ketika Buddha mengajarkan kita Dharma,
beliau menggunakan banyak metode. Selalu mengajarkan mindset seperti apa
yang harus kita tanam setiap hari untuk menjernihkan diri sendiri untuk
menerima Dharma tersebut.
Kita perlu sila untuk melindungi pikiran kita dari pemikiran yang menyimpang, agar ketamakan dan sifat buruk yang lainnya tidak muncul.
Kita perlu sila untuk melindungi pikiran kita dari pemikiran yang menyimpang, agar ketamakan dan sifat buruk yang lainnya tidak muncul.
- Setiap orang di sekililing kita adalah guru kita. Asalkan kita berbuat dengan tulus maka dapat menginspirasi orang lain untuk ikut berbuat baik.
- Kita tidak hanya harus tulus dan hormat, tetapi kita
harus membangun kepercayaan yang dalam. Setelah kita memiliki rasa
kepercayaan, kita lalu berikrar untuk mempraktekkan ajaran tersebut.
Jika kita bisa mendapatkan Dharma ini, resapkan ke dalam hari dan
mempraktekkannya, kita bisa merasa sukacita tersendiri.
- Ketika kita sudah meresapi Dharma ke dalam hati kita,
pengaruh luar seburuk apappun menghampiri kita, kita tidak akan
tergoyahkan.
Kita harus bisa memasukkan Dharma ke dalam hati kita terlebih dahulu sebelum kita bisa berbagi dengan yang lain. Setelah mereka bisa mengerti dengan apa yang kita bagu, kita sudah membantu yang lainnya jalan di jalan Boddhisatva.
Ketika kita membimbing dan merubah orang lain, mereka menerika dan mengaplikasikannya. Jadi, mendengarkan Dharma, kita dapat merasakan kebahagiaan dari itu. Setelah kita mendengarkan Dharma, kita mendapatkan kebahagiaan dari Dharma.
Kita harus bisa memasukkan Dharma ke dalam hati kita terlebih dahulu sebelum kita bisa berbagi dengan yang lain. Setelah mereka bisa mengerti dengan apa yang kita bagu, kita sudah membantu yang lainnya jalan di jalan Boddhisatva.
Ketika kita membimbing dan merubah orang lain, mereka menerika dan mengaplikasikannya. Jadi, mendengarkan Dharma, kita dapat merasakan kebahagiaan dari itu. Setelah kita mendengarkan Dharma, kita mendapatkan kebahagiaan dari Dharma.
- Ketika orang mendengarkan Dharma dengan sukacita, mereka
meresapi ke dalam hari dan tidak bisa melupakannya. Seperti Shigong
Shangren, Beliau terus mengingat 6 kata "Demi ajaran Buddha, demi
makhluk hidup". Selamanya Beliau ingat ajaran ini dan mengaplikasikannya
ke dalam kesehariannya. Mungkin bagi sebagian orang, kata-kata "just do
it (做就對了)" dapat menginspirasi mereka dalam bertindak.
- Ketika kita sudah mendengarkan Dharma, kita resapi ke
dalam hati, lalu mempraktekannya, membuat orang lain juga terinspirasi
untuk mempraktekannya, inilah persembahan yang kita wujudkan.
Semua yang kita lakukan berawal dari ikiran kita. belajar jalan Buddha, adalah belajar untuk membuat persembahan dengan badan dan pikiran kita dan dengan sukacita mendegarkan Dharma.
Semua yang kita lakukan berawal dari ikiran kita. belajar jalan Buddha, adalah belajar untuk membuat persembahan dengan badan dan pikiran kita dan dengan sukacita mendegarkan Dharma.
Kita harus meresapi Dharma ke dalam hati kita, 所以我們要時時多用心.
Btw mendengar sharing hari ini, inti besarnya adalah asalkan kita bisa meresapi dharma ke dalam hati kita dan mempraktekannya dalam wujud yg benar dan dengan tulus, ini saja sudah bisa membuat kita ada kebahagiaan yg dirasakan. Jadi kita harus percaya kalau kita bisaaaa! Yuhuuu~ 😉
Sharing oleh Sharon Tanamas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar