20140716 – 勤修妙法入菩提 Practice Wondrous Dharma to Enter Bodhi (mempraktekkan Dharma yang luar biasa untuk menuju kondisi Bodhi/Sadar)
Setiap hari sepatutnya kita membina kondisi hati yang bersukacita. Kehidupan manusia tidaklah panjang karena itu harus banyak memahami ajaran, jangan perhitungan. Genggam waktu dan bersukacita dalam menjalani kehidupan. Kehidupan yang bisa bersumbangsih bagi orang lain setiap harinya adalah yang paling bahagia. Setiap hari kita melatih diri, bagaimana melatih diri? Asalkan setiap hari bahagia melihat orang lain, bersedia bersumbangsih, membantu orang, maka ini berarti kita sedang menanam berkah. Menjalin jodoh baik, jodoh yang sukacita. Sesuai ajaran Dharma, mengerti hukum karma. Melatih berbuat karma baik dan menjalin jodoh baik. Karena itu mendengar Dharma harus masuk ke dalam hati, baru bisa meningkatkan jiwa kebijaksanaan kita. Waktu kehidupan memang sangat pendek, tapi waktu jiwa kebijaksanaan sudah ada sejak dari awal selalu menyertai kita dalam berkali kehidupan. Jiwa kebijaksanaan adalah sifat dasar yang kita miliki, yang memang selalu ada. Hanya kita saja yang secara tidak sadar menutupinya. Karena itu perlu mendengar Dharma masuk dalam hati (聞法入心/wen fa ru xin). Bila intisari Dharma (法髓 fa sui) bisa masuk ke dalam hati dan pikiran, jiwa kebijaksanaan kita akan bisa dibangkitkan kembali.
Menaati sila dan peraturan untuk melindungi kehidupan (持戒守規護生機/chi jie shou gui hu sheng ji), adalah prinsip yang harus kita bawa sehari-hari. Sering mendengar sharing dari relawan yang pulang dan berkegiatan di griya jing si, setiap kali mau mulai bekerja di lapangan, pasti ada shifu yang selalu mengingatkan mereka untuk berhati-hati memperhatikan setiap tindakan agar menyakiti begitu banyak makhluk kecil dan alam. Sebenarnya dengan bercocok tanam pun kita juga ikut membentuk struktur tanah (landscape) dan dalam prose situ sebenarnya juga banyak kebahagiaan/sukacita. Memberi pemandangan yang indah kepada orang yang melihatnya, dan saat panen merasa sukacita. Seperti halnya kegiatan bercocok tanam para staff medis di dalin. Mereka menyusun sedemikian rupa sehingga lokasi itu bila dilihat dari atas berbentuk sebuah logo Tzu Chi yang besar. Orang-orang yang melihatnya pun bisa merasa sukacita karena keindahannya. Dengan melakukan itu, kita membentuk struktur lahan, kita menanam padi-padian dengan tersusun rapi, dan semua itu bisa memberikan kebahagiaan. Sama halnya dengan hati kita. Bisa menyusun/menata sedemikian rupa sehingga memunculkan sebuah image/bentuk. Ini yang disebut Hati bagaikan pelukis (心如工畫師/xin ru gong hua shi), mau wujud seperti apa maka harus mulai ditata dengan sepenuh hati dari sejak menanam sehingga saat tumbuh besar akan menghasilkan bentuk yang diinginkan dan bisa membangkitkan sukacita di hati orang.
Jadi inilah yang disebut rajin melatih sukacita dan menanam berkah (勤修歡喜植福人/qin xiu huan xi zhi fu ren). Demikian juga dengan Great Dharma, menguntungkan diri sendiri dan orang lain (自利 利他), diri sendiri bahagia orang lain juga berbahagia. Dengan hati dan tubuh yang sehat membawa kebahagiaan di tanah kehidupan kita, dalam kehidupan kita menggenggam setiap saat menciptakan karma baik. Seperti cerita seorang nenek berusia 80 tahun di Tzu Chi Canada yang menguasai beberapa bahasa dimana saat berkegiatan di panti jompo yang mayoritas warga tionghoa, dengan kemampuan beberapa bahasa dan pemahamannya akan sutra dan kitab dia membawa rasa bahagia kepada orang di sekitarnya. Relawan ini barulah sesungguhnya yang disebut rajin melatih sukacita dan menanam berkah. Kesimpulannya, melatih diri di dunia manusia sangatlah penuh arti asalkan kita mengerti untuk bersungguh hati. Bersungguh hati dalam setiap tindakan, mendengarkan Dharma, meresapi Dharma ke dalam hati dan menggunakannya dalam berbagai cara di dunia manusia. Asalkan mendengarkan Dharma dengan baik, satu ajaran bisa digunakan untuk mengatasi berbagai hal. Bersukacita dalam setiap perbuatan. Di hati ada Buddha, di dalam tindakan ada Dharma (心中有佛 行中有法/xin zhong you fo xing zhong you fa), bila bisa melakukan seperti itu makan kita sedang melatih diri di jalan bodhisattva. Saat sang Buddha melihat ada orang-orang yang memiliki hati dan tindakan seperti itu,sang Buddha pun tahu inilah saatnya membabarkan ajaran kebenaran/mahayana.
Saat sang Buddha membabarkan satu ajaran kebenaran, yang mendengar ada hearers dan bodhisattva. Apa perbedaan hearers dan bodhisattva? Hearers adalah praktisi hinayana (kendaraan kecil) yang setelah mendengarkan ajaran Buddha memahami 4 kebenaran mulia (四諦道理/si di dao li) yang sejak awal selalu sang Buddha babarkan, yaitu 苦集滅道/ku ji mie dao. Untuk membuat orang-orang sadar bahwa hidup ini tidak kekal, hidup ini adalah penderitaan sehingga mereka akan mau mencari ajaran yang bisa membawa mereka meninggalkan penderitaan ini. Setelah mereka memahami, mereka bisa memutuskan segala pandangan dan pikiran yang delusif (見或 思或/jian huo si huo). Karma yang terciptakan dari pandangan (melihat) yang diluar dan pemikiran yang timbul di dalam hati. Jadi hearers adalah praktisi hinayana yang memutuskan pandangan dan pikiran salah. Semua kebodohan batin, sebab kerisauan dan sebab karma buruk adalah tidak benar, semuanya harus diputuskan. Walaupun mereka praktisi hinayana, tapi juga bisa mencapai kondisi nirvana dimana hati berada pada kondisi yang jernih dan tenang. Nirvana bukanlah meninggal baru disebut nirvana tapi adalah kondisi hati yang kembali pada kondisi yang sangat jernih dan tenang. Hearers adalah praktisi yang memiliki kemampuan terbatas. Kalau bodhisattva adalah makhluk yang memiliki aspirasi spiritual yang besar, adalah mereka yang mencari jalan kebenaran dengan hati beraspirasi spiritual yang besar. Orang yang dengan setulus hati mencari ajaran kebenaran. Mereka yang benar-benar melatih diri dan memiliki 4 tekad mulia (四弘願/si hong yuan). Mencari jalan kebenaran adalah mencari maha kesadaran/pencerahan. Bukan hanya sadar akan kerisauan tapi memutuskan kerisauan, bukan hanya tahu apa yang harus dilakukan tapi harus rajin melakukan. Sang Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk, sebagai murid sang Buddha juga sepatutnya belajar untuk membimbing semua makhluk. Jadi Bodhisattva adalah mereka yang melatih diri belajar bermanfaat bagi diri sendiri juga bermanfaat bagi orang lain.
Ajaran hinayana adalah sebagian ajaran, ajaran Mahayana adalah keseluruhan ajaran. Karena memahami akan kemampuan para makhluk menerima ajaran, maka pada awalnya sang Buddha mengajarkan ajaran yang bisa diterima dengan kemampuan terbatas. Namun keduanya, baik hinayana maupun Mahayana, semua sama-sama bisa sadar dan memiliki pengetahuan dan pandangan Buddha. Sang Buddha berharap semua orang bisa mencapai ke-buddha-an maka juga berharap para praktisi hinayana bisa menjadi praktisi Mahayana. Berharap semuanya bisa mendapatkan ajaran yang sempurna, yang lengkap. Orang yang memiliki kemampuan yang besar, hanya dengan satu kalimat bisa memahaminya. Orang dengan kemampuan yang terbatas, butuh kesabaran dan berbagai cara untuk membuatnya paham.
Sebelumnya pernah disebutkan tentang 9 divisi pengajaran (九部法/jiu bu fa) dimana salah satunya adalah gatha. Kalimat dalam sebuah gatha biasanya terdiri dari 4, 5, 7 atau 8 karakter huruf. 4 kalimat saat digabung menjadi satu disebut versa (paragraph?). Orang dengan kemampuan besar, dengan hanya mendengar satu versa dari sutra, bisa langsung memahami makna keseluruhan. Namun mereka yang berkemampuan terbatas, perlu diberi penjelasan dengan berbagai kalimat yang panjang dan mereka akan berkembang dengan perlahan. Karena itulah disebutkan bahwa setiap saat kita harus ada pikiran yang fokus akan Buddha (深心念佛/shen xin nian fo). Pikiran yang seperti itu, tidak meninggalkan Buddha tidak meninggalkan Dharma, maka dalam setiap tindakan kita akan selalu berpanduan akan ajaran Buddha, dengan demikian menjadi Buddha tanpa keraguan. Untuk menjadi Buddha, seorang bodhisattva harus melatih 6 paramita hingga kondisi yang sempurna sehingga bisa mendapatkan kesadaran hingga menjadi Buddha. Saat kita mendengarkan Dharma harus memiliki keyakinan dan tanpa keraguan. Dengan demikian hati kita bisa merefleksikan hati Buddha. Ada Buddha di hati, ada Dharma dalam setiap tindakan, kita harus memiliki keyakinan maka kita akan dengan mudah masuk di jalan pembinaan diri. Pelatihan diri bodhisattva harus satu niat satu tekad. Giat untuk maju, jangan mudah menyerah. Semua berasal dari satu niat, maka setiap saat kita harus bersungguh hati.
Ringkadan oleh Elvy Kurniawan