20140709- Lentur, Hati yang Murni, dan Jernih
Sebagai murid Buddha, kita harus giat dan menjaga kemurnian hati kita. Karena kita adalah makhluk yang belum tercerahkan, menyimpang sedikit saja bisa membuat kita terus menerus melakukan kesalahan hingga akhirnya melenceng jauh. Karena itu, kita harus menjaga kemurnian pikiran kita.
Caranya adalah dengan terus menyerap Dharma dan menggunakannya untuk membersihkan pikiran kita. Selain itu, penting untuk mempraktekkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengannya, secara otomatis kita bisa menjadi orang yang lentur.
Sebagai murid Buddha, kita perlu berhati murni dan lentur, memberi tanpa pamrih dengan cinta kasih universal, mengubah penderitaan dan membangun kebahagiaan. Tidak tega melihat makhluk lain menderita, karenanya mendampingi yang tua dan yang sakit, yang cacat, para janda, dan anak muda.
9 Tingkatan Ajaran dibabarkan oleh Buddha agar kita dengan berbagai kemampuan penyerapan yang berbeda dapat memahami. Tujuannya adalah agar Buddha dapat membawa kita semua dalam Satu Kendaraan Besar.
Master berkata bahwa yang dimaksud dengan hati yang murni adalah hati yang giat mendalami Dharma, tidak sedikit pun tergoyahkan oleh masalah antarmanusia. Apakah kita sudah mencapai kemurnian hati yang seperti itu? Bahkan dengan seluruh kekuatan spiritualnya, Buddha tidak dapat serta merta menciptakan hakikat Tathagata lain di dalam diri kita atau mengambil kekotoran batin kita dan membersihkannya dengan tangannya. Namun, apabila kita sungguh-sungguh menyadari bahwa di dalam diri kita ada hakekat keBuddhaan, hakekat alami kita yang sejati akan muncul.
Kebijaksanaan alami tidak bisa diberikan oleh orang lain kepada kita. Hanya dengan bergiat diri maka kita baru dapat memperolehnya. Kita memiliki kekotoran batin dan untuk menghapusnya, kita harus belajar bersikap welas asih terhadap orang lain. Dengan demikian, ini menunjukkan kita telah meresapkan Dharma ke dalam hati.
Sebagai manusia yang memiliki hakekat keBudhaan, kita telah memiliki cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan yang menyeluruh, kebijaksanaan alami dan kebijaksanaan asal. Karena kita adalah murid Buddha, kita harus percaya kata-kata Buddha bahwa kita pun memiliki hakekat keBudhaan. Kita tidak boleh berkata, "kemampuan saya terbatas", "saya tidak tahu apa2". Sesungguhnya, kita tahu segalanya. Kita hanya kurang berkesadaran (mindful) saja. Maka karenanya, kita harus percaya pada diri sendiri.
Sebagai anak2 Buddha (Bodhisattva), kita perlu mempraktekkan sila, samadhi, dan kebijaksanaan agar hati kita tidak ternodai. Untuk menjadi orang bijak, kita perlu mengikuti ajaran Buddha. Untuk menjadi orang suci, kita perlu mencapai pencerahan. Inilah bagaimana Dharma terus bergulir turun temurun di dunia ini, kita perlu menjaga keberadaannya.
Kemurnian hati sangatlah penting. Sebagai anak2 Buddha kita perlu melatih diri agar hati bebas dari kekotoran batin dan keinginan. Jalan pemurnian hati didapat dengan cara membebaskan diri dari segala kekotoran batin, mengubahnya menjadi kekuatan untuk memberi tanpa pamrih dan bersyukur. Tidak berharap apa-apa dan tidak melekat pada Dharma. Kita hanya perlu melakukan. Ketika kita melakukan apa yang harus dilakukan, kita akan bergembira. Hati tanpa ekspektasi dan kemelakatan adalah hati yang murni.
Perasaan kita sesungguhnya sangat fleksibel. Kita dapat berjalan beriringan dengan segala prinsip dan kondisi. Ayat Sutra mengatakan, apabila kita sudah dapat menjinakkan pikiran kita yang begitu keras kepala oleh keyakinan (faith), maka pola pikir dan perasaan dapat berubah menjadi lentur.
Apabila kita berkesadaran penuh (mindful) dan menggunakan pikiran yang polos (straightforward), pikiran kita dapat menjadi lentur. Orang berkata bahwa pikiran yang polos adalah permulaan dari masuknya ajaran. Dengan pikiran yang lentur, maka akan ada kemampuan untuk melihat dengan jernih. Tanpa menyerap Dharma, pikiran kita tidak akan bisa jinak dan tidak akan bisa menjadi lentur.
Memiliki pikiran yang lentur sangatlah penting. Memiliki hati yang murni dan pikiran yang lentur adalah tujuan kita belajar di Jalan Buddha. Para Bodhisattva, hidup penuh dengan penderitaan. Karenanya kita perlu hidup berkesadaran (mindful) dan menyerap Dharma. Apabila kita dapat menjinakkan diri kita sendiri, kita dapat melakukan hal apapun di dunia ini.
Gan en.
Teman2.. bertobat dl.. karena sampai skrg belum bs jadi anak yang rajin . Kata2 Master hari ini ingetin aku untuk mengokohkan keyakinan, terus berjuang menjinakkan diri sendiri, dan melatih kelenturan pikiran. Aku rasa, seperti apapun di dunia ini, menjinakkan diri sendiri dan melenturkan pikiran juga perlu latian. Lama2 makin biasa dan lama2 tambah maju. Gan en utk kesempatan sharingnya... walaupun mungkin udah pada zzzzz ya 😴
Tidak ada komentar:
Posting Komentar