Kamis, 12 Juni 2014

20140611 - Eliminate Arrogance to Believe in Buddha (Menyingkirkan Kesombongan Untuk Memiliki keyakinan pada Buddha)


真空不變,妙有常住 kekosongan nyata tdk berubah, kesunyataan mulia selalu ada. Buddha memberi kesempatan kpd semua MH dgn membabarkan dharma, namun dgn kebijaksanaan yg terbatas pd diri MH, yg muncul adl kesombongan. Mereka terikat pd keinginan mendengar namun tdk mencari kebenaran. Oleh krn itu Buddha membuka sebuah ajaran utk mengarahkan mrk kembali pd satu kebenaran nyata. Buddha membabarkan dharma tujuannya adl menyadarkan semua MH. Namun umat awam seringkali tdk teguh pd tekad. Tekad awal utk giat tdk bs bertahan lama dan malah akhirnya mundur. Krn itulah selalu berkubang dlm ketidaktahuan (tersesat). Pd dasarnya kita sadar akan ketidakkekalan di sekeliling kita bagaikan sesuatu yg telah terbakar dan harus segera dipadamkan. Namun kita tetap merasa tdk penting (not urgent) utk segera memadamkannya. Hal ini sering membuat Buddha menyesalkan mereka yg tetap berada/terhenti dlm kondisi kebijaksanaan kecil. Hy memiliki akar kebaikan yg pendek. Ini disebut "tdk mendapatkan apa2 selain kesombongan".



Mendengar dharma selalu berlalu begitu saja, tdk ada yg tertinggal di hati, malah hy ada arogansi. Ini yg disebut orang yg terlalu sombong (overbearing arrogance), mrk tahu tp tdk mau maju. Namun jg msh byk org yg bahkan tdk sadar akan ketidakkekalan shg mrk tdk merasa perlu belajar.

Ada kisah ttg Buddha dan YM Kasyapa (murid senior Buddha) dimana suatu ketika sang Buddha meminta YM Kasyapa menggantikan beliau membabarkab dharma kpd sekumpulan Bhikkhu. YM Kasyapa mengatakan dia tdk mampu karena sekumpulan bhikkhu ini memiliki hati yg lamban (indolence). Stlh dengar dharma, hy bertahan sebentar, kelambanan hati akan muncul kembali. Bagaikan org yg mati suri, tertidur dan sulit dibangunkan. Mereka 'mati suri' krn terikat pd pemahamsn diri sendiri. Semua org memamg akan kembali pd pemahaman diri sendiri, namun melatih diri berarti bgmn kita menyamakan pemahaman kita dgn yg lain (curcol: jd teringat kita sbg relawan TC ). Setiap saat mengingatkan diri akan ketidakkekalan dan setiap saat giat belajar. Satu2nya cara utk mengikis kelambanan hati adl hrs bertobat, barulah akan punya niat utk rajin. Membuat tekad mudah, mempertahankan tekadlah yg sgt sulit. Sang Buddha mengakui bhw mmg sulit membimbing umat awam, namun khdpn sbg manusia sulit didpt. Oleh krn itu dgn welas asih sang Buddha mengajarkan agar YM Kasyapa hrs memiliki hati yg pantang menyerah utk membimbing umat awam. (curcol: bayangkan kesabaran dan welas asih yg dimiliki sang Buddha).

Kisah td memberikan gambaran bhw pd jaman sang Buddha pun ada begitu byk umat awam yg menderita. Terikat kelambanan dan tdk mau bertobat. Keraguan YM Kasyapa akan mereka itu adl menjelang sebelum sang Buddha membabarkan sutra lotus. (curcol: bayangkan brp lama wkt yg tlh digunakan Buddha utk membabarkan dharma, tp msh bgt byk yg tdk tercerahkan) Bahkan sampai saat sang Buddha mau parinibanna pun, YM Ananda msh bertanya bgmn utk membimbing para bhikkhu ini. Sang Buddha hy bs menjawab dgn tak berdaya: hrs welas asih dan sering memperhatikan mereka. Bila mmg tdk bs diajarin maka lepaskanlah, biarkan dia berlalu. (curcol: teringat lg saya akan sendiri n relawan TC jgn sampeee saya yg dilepaskan). Di jaman sang Buddha pun byk yg msh memiliki akar kebijaksanaan yg pendek dan bersikap sombong, apalagi di jaman skrg ini. Hanya mendengarkan dharma saja tdk cukup, harus 聞 wen/dengar 思 si/renung 修 xiu/berlatih. Stlh dgr sepatutnya direnungkan kmdn dipraktekkan dan giat belajar. Harus kembali pd satu ajaran kebenaran (pembabaran sutra lotus) yaitu one vehicle. Kdg memang bs merasa sgt tak berdaya dan lelah, tp memikirkan bgmn sulitnya sang Buddha.. demi ajaran Buddha, demi semua MH (為佛教,為眾生) maka tdk boleh lelah. Harus tetap membabarkan dharma, tetap membimbing semua makhluk.

Kita sepatutnya yakin pd ajran Buddha nhw semua ajarab kembali pd satu yaitu one vehicle. Stp org hrs mulai menyadarkan diri sendiri, jgn terus terperangkap dlm kondisi 'tidur'. Dengarkan 'lonceng', sudah wktnya utk membangkitkan kebijaksanaan kita. Kebijaksanaan hanya bisa didapat bila diri sendiri mau berusaha. Sang Buddha ada mengatakan dlm sutra, stp org hrs memiliki keyakinan 信/xin dan pemahaman 解/jie. Hrs membaca 讀/du dan melafalkan 誦/song, menerima 受/shou dan mempertahankan 持/chi.

Ada jenis org yg stlh dengar dharma, merasa sudah cukup. Yg ptg diri sendiri tahu dan sadar. Org2 ini bagaikan mrk yg sudah berhenti sblm mulai melangkah. Jg ada bbrp upasaka (praktisi berumah tangga-pria), mrk memiliki kesombongan/ke-aku-an (我慢/wo man) dimana merasa tahu lbh byk, melebihi org lain. Kesombongan bs menyesatkan org, membuat diri merasa memiliki segalanya, shg merasa cukup dgr sedikit dharma saja sdh mengerti. Ini bs buat hati makin lama makin sombong. Kita sepatutnya menyadari bhw dharma utk membuka hati kita, bukan malah mempersempit hati kita. Hati harus lapang, niat harus tulus (心寬念純/xin kuan nian chun) baru hati bs menerima byk org. Ada jg bbrp upasika (praktisi berumah tangga-wanita) yg memiliki keraguan akan dharma sang Buddha. Mrk tdk bs melepaskan begitu byk ajaran lainnya dan hy fokus serta yakin pd satu ajaran kebenaran. Spt saat ini, kita (insan tzuchi) terus menghimbau hrs kembali pd keyakinan benar 正信/zheng xin, jgn percaya mistis/takhayul 迷信/mi xin. Cthnya: himbauan jgn membunuh demi persembahan, jgn membakar uang kertas (kim cua). Kesesatan ini justru akan menimbulkan kerisauan. Ini adl slh satu kerisauan yg disebut 随煩惱/kerisauan yg menyertai dlm hdp sehari2.

Kita sbg praktisi ajaran, seharusnya giat belajar, jgn lamban, jgn lagi tertidur, jgn tdk mau bertobat. Hidup manusia itu tdk panjang, krn itu harus setiap saat mawas diri/警惕 jing ti, setiap saat 多用心.
Sharing: sering dgr kisah2 jaman sang Buddha dimana byk jg org yg saat bertemu sang Buddha atau mendengar pembabaran dharma oleh sang Buddha, mrk lgs mencapai pencerahan tingkat tertentu. Dulu selalu sedikit iri dgn itu dan merasa mrk yg terlahir di jaman sang Buddha sgt beruntung. Tapi mendengar apa yg shigong ceritakan hari ini, jd berpikir jaman itu saja ada yg 'begitu' pdhl sudah berkesempatan mendengar dharma lgs dari sang Buddha. Apalagi kita2 saat ini. jd merasa diri sendiri masih sgt sgt sgt sgt pangkat sangat tdk berarti dibandingkan mereka (abis contohnya aja pake para bhikkhu). Cuma harus punya keyakinan... bahwa kita harus bisa..Tmn2, jgn lepaskan saya yaaa... jgn fang sheng saya... 

Gan en
Ringkasan oleh Elvy Kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar