Selasa, 17 Juni 2014

20140616_Remove impurities to retain the steadfast and true


20140616_Remove impurities to retain the steadfast and true

Master selalu berpikir tentang bagaimana ajaran buddha itu difokuskan pada pikiran. Setiap dari kita hanya harus mengurus satu pikiran, jadi mengapa begitu sulit untuk dilakukan?
Saya selalu mengatakan, "kita harus mengingat ikrar dan terus melangkah, maka jalan kita akan menjadi great"
Karena kita telah memilih utk engage in spiritual cultivation, kita perlu membuat ikrar. Setelah kita membuat ikrar, kita harus mempertahankannya. Jika kita mampu mempertahankan dan menjaga ikrar kita, tubuh dan pikiran kita akan menjadi murni. Jadi, kita "memutuskan untuk menjaga pikiran dan men-sempurnakan ajaran ".
Jika kita bisa kita dapat mengatasi dan menjaga pikiran kita, maka secara alami kita akan men-sempurnakan dan menjalankan ajaran, dan slalu waspada terhadap perbuatan-perbuatan agar tidak terjadi kesalahan dan stop evil.

Kita harus berusaha untuk menjalankan ajaran dan melakukannya dengan sempurna. Dengan "menyempurnakan ajaran" kita melindungi kebijaksanaan-hidup kita. Inti dari kebijaksanaan-hidup sangat penting, jadi kita harus hati-hati menjaga pikiran kita. Kita harus "menyempurnakan ajaran-nya", "as impeccably flawless and pure as jade".


Kita harus menjadi seperti sepotong batu giok. Sepotong batu giok yang berharga, ketika giok tsb tampak sempurna dan tanpa cela baik di dalam dan luar. Demikian pula, spiritual aspiration kita harus dijaga, sehingga dapat menjadi sempurna, murni dan jelas seperti batu giok. Jika pikiran kita murni, maka hidup kita di dunia ini akan menjadi bermakna. Jika pikiran kita murni, kita tentu akan memperlakukan orang-orang dan hal-hal dengan 誠 (cheng),正 (zheng) 信 (xin) 實 (shi). Kita tidak akan memiliki pikiran kotor tersembunyi. Jadi, nilai kehidupan bukan hanya dinilai dari penampilan eksternal, tetapi juga untuk menjadi "berseri-seri, jelas dan sempurna, di dalam dan luar". Memang, kita harus menjaga pikiran kita sehingga tetap murni dan sempurna. Praktek eksternal kita juga harus konsisten dengan internal kita, agar menjadi sebuah batu giok. 

Nilai praktisi spiritual terletak pada aspirasi spiritual mereka. Seperti yg tlh disebutkan di sutra, beberapa praktisi Buddhis adalah diri arogan, tanpa iman, atau ly sombong sombong. Murid-murid ini tidak bisa mendengarkan atau dgn jelas memahami Dharma. Mereka merasa bahwa karena mereka telah mendengarkan ajaran Buddha selama lebih dari 40 tahun, dgn ajaran-ajaran baru yang mungkin sangat mirip. Dengan demikian, ada orang-orang dengan arogansi sombong, dan kurangnya iman. Seperti Sang Buddha hendak mengajarkan Dharma, 5000 orang meninggalkan the assembly. Orang-orang ini sombong dan angkuh, mereka juga tidak mau mengikuti aturan. Mereka "membenarkan sila yg salah dan membela ketidaksempurnaan mereka sendiri". Mereka tidak ingin menghilangkan kesalahan mereka dan menolak utk menghilangkannya, lbh memilih utk tetap mempertahankannya.kotoran dalam pikiran mereka dan tidak ingin menghilangkan kesalahan mereka. Org ini tidak mau memperbaiki kesalahan mereka karena mereka memiliki kebijaksanaan yang terbatas. Dlm Sutra Lotus, 5000 orang yg pergi "mereka dengan kebijaksanaan terbatas". Ini disebutkan dalam bagian sebelumnya. Mereka yang memiliki kebijaksanaan yang terbatas yg tersisa. Tidak dapat menerima Dharma ad 5000 orang yang tersisa. Kemudian bagian berikut dari sutra, karena Buddha mempunyai rasa hormat dan penuh kebajikan. Orang yg kurang berkah dan kebajikan tidak mampu menerima Dharma ini meninggalkan the assembly. Hanya orang yang sabar dan tau akan kebenaran tertinggal. Dan Bhiksu yang bangga dan sombong ini tidak tahu apa-apa, dan berpikir mereka memiliki kebijaksanaan yang luar biasa, pada kenyataannya, mereka adalah cemooh. 

Lihat, sekam dalam tampi menggunakan analogi dari "kulit gabah kosong". Bagian dalam kulit kosong, tidak ada sebutir beras di dalam. Ini adalah kulit kosong gandum, ini adalah analogi bagi orang-orang sombong. Mereka adalah kasar dan jahat dan orang-orang yang ceroboh dan tidak bisa cermat memahami Dharma. Mereka mendengarkan tanpa mempertahankan apa-apa dan tidak benar-benar ingin belajar ajaran Buddha. Orang-orang ini memiliki kebijaksanaan yang sangat terbatas atau tidak sama sekali, pengetahuan mereka sangat dangkal, sehingga mereka tidak tahu prinsip-prinsip yang mendalam. Mereka hanya melihat permukaan hal-hal, sehingga mereka dikatakan memiliki kecerdasan duniawi. Kebijaksanaan mereka adalah menelan dan dasar, tetapi mereka "pikir mereka memiliki kebijaksanaan yang luar biasa". Mereka percaya, "Aku tahu dan mengerti segala sesuatu". Sang Buddha memberikan satu pengajaran, tapi aku sudah tahu. Selanjutnya dua dan sepuluh berikutnya mengajar. Mendengar sekali, aku sudah tahu semuanya telah memahami semua ajaran Buddha selama 40 tahun terakhir. Dengan keyakinan mereka, mereka tidak akan mendengarkan dengan penuh perhatian sempurna dan belajar prinsip Buddha dari realitas akhir dari the One Vehicle. Orang-orang bijak terbatas kepercayaan, mereka yakin sudah tahu segalanya, tetapi dalam kenyataannya mereka adalah cemooh praktisi spiritual.

Jika kita memiliki pelatihan diri, maka kita liat semua org adalah Buddha. Dan kita dpt merespect dan bersyukur pads setiap org. We are like full grains of rice. Those whose hearts are truly full will naturally respect the Buddha, the Dharma and other people. They are true spiritual practitioners. Tetapi jika kita hanya terlihat seperti monastic dan hanya mengaku terlibat dalam praktek spiritual, Buddha tidak akan menyetujui itu. Jadi, Awe-inspiratif berarti memiliki sikap yang luar biasa dan berpengaruh, yang dapat menaklukkan jahat dan tidak bajik. Secara umum, yang berbudi luhur adalah mereka yang sehat, adil dan terhormat. 

Belajar dan mendengarkan ajaran juga benar-benar harus tulus dan dengan penuh perhatian. Sang Buddha selalu mengatakan kepada semua orang untuk mendengarkan dengan penuh perhatian atau "mendengarkan dengan baik". Untuk "mendengarkan dengan baik" berarti mendengarkan dengan penuh perhatian. Berharap kita bisa seperti "Sariputra, mendengarkan dengan baik". Karena setiap orang bersedia untuk stay dan mendengarkan, mereka harus mendengarkan dengan seksama.

Jadi, Sang Buddha berkata; "Sariputra, dengarkan baik-baik untuk Dharma diperoleh oleh semua Buddha melalui kekuatan tak terbatas berarti terampil menajarkan untuk makhluk hidup." Semua Buddha, bukan hanya Buddha Sakyamuni, berbagi jalan yang sama. Perjalanan mereka praktek spiritual dan Dharma mereka mencapai adalah benar dan nyata. Mereka semua mengajarkan Dharma untuk makhluk hidup. Karena makhluk hidup memiliki berbagai kemampuan, semua Buddha yang datang ke dunia ini pertama kali mengajar makhluk hidup dengan cara yang tak terbatas dan terampil. Semua Buddha memiliki kekuatan ini dan kemampuan. Jadi, ketika kita berkomunikasi satu sama lain, kita juga harus menerapkan cara-cara terampil, sementara pada saat yang sama menggunakan kekuatan kebenaran. Kita tidak dapat menikmati terlalu banyak berarti terampil; yang akan menyebabkan masalah. Jadi, kekuatan kebijaksanaan Buddha juga kekuatan sarana terampil. 

Jadi, dalam mempelajari jalan Buddha, pertama kita harus percaya pada apa yang dikatakan Sang Buddha. Tujuan Buddha dalam mengajar Dharma bagi kita semua untuk kembali ke intrinsic nature kita. Oleh karena itu, sebagai praktisi Buddhis, kita harus memiliki tekad untuk menjaga pikiran kita dan memurnikan ajaran.

Dear Bodhisatva, sbg praktisi harus terus mempertahankan dan menjalankan ikrar kita, our path will be great. So, we must always be mindful.
 
Ringkasan oleh Fitri M di Jambi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar