20140616_Remove impurities to retain the steadfast and true
Master selalu berpikir
tentang bagaimana ajaran buddha itu difokuskan pada pikiran. Setiap
dari kita hanya harus mengurus satu pikiran, jadi mengapa begitu sulit
untuk dilakukan?
Saya selalu mengatakan, "kita harus mengingat ikrar dan terus melangkah, maka jalan kita akan menjadi great"
Karena kita telah memilih utk engage in spiritual cultivation, kita perlu membuat ikrar. Setelah kita membuat ikrar, kita harus mempertahankannya. Jika kita mampu mempertahankan dan menjaga ikrar kita, tubuh dan pikiran kita akan menjadi murni. Jadi, kita "memutuskan untuk menjaga pikiran dan men-sempurnakan ajaran ".
Jika kita bisa kita dapat mengatasi dan menjaga pikiran kita, maka secara alami kita akan men-sempurnakan dan menjalankan ajaran, dan slalu waspada terhadap perbuatan-perbuatan agar tidak terjadi kesalahan dan stop evil.
Saya selalu mengatakan, "kita harus mengingat ikrar dan terus melangkah, maka jalan kita akan menjadi great"
Karena kita telah memilih utk engage in spiritual cultivation, kita perlu membuat ikrar. Setelah kita membuat ikrar, kita harus mempertahankannya. Jika kita mampu mempertahankan dan menjaga ikrar kita, tubuh dan pikiran kita akan menjadi murni. Jadi, kita "memutuskan untuk menjaga pikiran dan men-sempurnakan ajaran ".
Jika kita bisa kita dapat mengatasi dan menjaga pikiran kita, maka secara alami kita akan men-sempurnakan dan menjalankan ajaran, dan slalu waspada terhadap perbuatan-perbuatan agar tidak terjadi kesalahan dan stop evil.
Kita harus berusaha untuk menjalankan ajaran dan melakukannya dengan sempurna. Dengan "menyempurnakan ajaran" kita melindungi kebijaksanaan-hidup kita. Inti dari kebijaksanaan-hidup sangat penting, jadi kita harus hati-hati menjaga pikiran kita. Kita harus "menyempurnakan ajaran-nya", "as impeccably flawless and pure as jade".
Kita harus menjadi
seperti sepotong batu giok. Sepotong batu giok yang berharga, ketika
giok tsb tampak sempurna dan tanpa cela baik di dalam dan luar. Demikian
pula, spiritual aspiration kita harus dijaga, sehingga dapat menjadi
sempurna, murni dan jelas seperti batu giok. Jika pikiran kita murni,
maka hidup kita di dunia ini akan menjadi bermakna. Jika pikiran kita
murni, kita tentu akan memperlakukan orang-orang dan hal-hal dengan 誠
(cheng),正 (zheng) 信 (xin) 實 (shi). Kita tidak akan memiliki pikiran
kotor tersembunyi. Jadi, nilai kehidupan bukan hanya dinilai dari
penampilan eksternal, tetapi juga untuk menjadi "berseri-seri, jelas dan
sempurna, di dalam dan luar". Memang, kita harus menjaga pikiran kita
sehingga tetap murni dan sempurna. Praktek eksternal kita juga harus
konsisten dengan internal kita, agar menjadi sebuah batu giok.
Nilai praktisi
spiritual terletak pada aspirasi spiritual mereka. Seperti yg tlh
disebutkan di sutra, beberapa praktisi Buddhis adalah diri arogan, tanpa
iman, atau ly sombong sombong. Murid-murid ini tidak bisa mendengarkan
atau dgn jelas memahami Dharma. Mereka merasa bahwa karena mereka telah
mendengarkan ajaran Buddha selama lebih dari 40 tahun, dgn ajaran-ajaran
baru yang mungkin sangat mirip. Dengan demikian, ada orang-orang dengan
arogansi sombong, dan kurangnya iman. Seperti Sang Buddha hendak
mengajarkan Dharma, 5000 orang meninggalkan the assembly. Orang-orang
ini sombong dan angkuh, mereka juga tidak mau mengikuti aturan. Mereka
"membenarkan sila yg salah dan membela ketidaksempurnaan mereka
sendiri". Mereka tidak ingin menghilangkan kesalahan mereka dan menolak
utk menghilangkannya, lbh memilih utk tetap mempertahankannya.kotoran
dalam pikiran mereka dan tidak ingin menghilangkan kesalahan mereka. Org
ini tidak mau memperbaiki
kesalahan mereka karena mereka memiliki kebijaksanaan yang terbatas.
Dlm Sutra Lotus, 5000 orang yg pergi "mereka dengan kebijaksanaan
terbatas". Ini disebutkan dalam bagian sebelumnya. Mereka yang memiliki
kebijaksanaan yang terbatas yg tersisa. Tidak dapat menerima Dharma ad
5000 orang yang tersisa. Kemudian bagian berikut dari sutra, karena
Buddha mempunyai rasa hormat dan penuh kebajikan. Orang yg kurang berkah
dan kebajikan tidak mampu menerima Dharma ini meninggalkan the
assembly. Hanya orang yang sabar dan tau akan kebenaran tertinggal. Dan
Bhiksu yang bangga dan sombong ini tidak tahu apa-apa, dan berpikir
mereka memiliki kebijaksanaan yang luar biasa, pada kenyataannya, mereka
adalah cemooh.
Lihat, sekam dalam tampi menggunakan
analogi dari "kulit gabah kosong". Bagian dalam kulit kosong, tidak ada
sebutir beras di dalam. Ini adalah kulit kosong gandum, ini adalah
analogi bagi orang-orang sombong. Mereka adalah kasar dan jahat dan
orang-orang yang ceroboh dan tidak bisa cermat memahami Dharma. Mereka
mendengarkan tanpa mempertahankan apa-apa dan tidak benar-benar ingin
belajar ajaran Buddha. Orang-orang ini memiliki kebijaksanaan yang
sangat terbatas atau tidak sama sekali, pengetahuan mereka sangat
dangkal, sehingga mereka tidak tahu prinsip-prinsip yang mendalam.
Mereka hanya melihat permukaan hal-hal, sehingga mereka dikatakan
memiliki kecerdasan duniawi. Kebijaksanaan mereka adalah menelan dan
dasar, tetapi mereka "pikir mereka memiliki kebijaksanaan yang luar
biasa". Mereka percaya, "Aku tahu dan mengerti segala sesuatu". Sang
Buddha memberikan satu pengajaran, tapi aku sudah tahu. Selanjutnya dua
dan
sepuluh berikutnya mengajar. Mendengar sekali, aku sudah tahu semuanya
telah memahami semua ajaran Buddha selama 40 tahun terakhir. Dengan
keyakinan mereka, mereka tidak akan mendengarkan dengan penuh perhatian
sempurna dan belajar prinsip Buddha dari realitas akhir dari the One
Vehicle. Orang-orang bijak terbatas kepercayaan, mereka yakin sudah tahu
segalanya, tetapi dalam kenyataannya mereka adalah cemooh praktisi
spiritual.
Jika kita memiliki
pelatihan diri, maka kita liat semua org adalah Buddha. Dan kita dpt
merespect dan bersyukur pads setiap org. We are like full grains of
rice. Those whose hearts are truly full will naturally respect the
Buddha, the Dharma and other people. They are true spiritual
practitioners. Tetapi jika kita hanya terlihat seperti monastic dan
hanya mengaku terlibat dalam praktek spiritual, Buddha tidak akan
menyetujui itu. Jadi, Awe-inspiratif berarti memiliki sikap yang luar
biasa dan berpengaruh, yang dapat menaklukkan jahat dan tidak bajik.
Secara umum, yang berbudi luhur adalah mereka yang sehat, adil dan
terhormat.
Belajar dan
mendengarkan ajaran juga benar-benar harus tulus dan dengan penuh
perhatian. Sang Buddha selalu mengatakan kepada semua orang untuk
mendengarkan dengan penuh perhatian atau "mendengarkan dengan baik".
Untuk "mendengarkan dengan baik" berarti mendengarkan dengan penuh
perhatian. Berharap kita bisa seperti "Sariputra, mendengarkan dengan
baik". Karena setiap orang bersedia untuk stay dan mendengarkan, mereka
harus mendengarkan dengan seksama.
Jadi, Sang Buddha
berkata; "Sariputra, dengarkan baik-baik untuk Dharma diperoleh oleh
semua Buddha melalui kekuatan tak terbatas berarti terampil menajarkan
untuk makhluk hidup." Semua Buddha, bukan hanya Buddha Sakyamuni,
berbagi jalan yang sama. Perjalanan mereka praktek spiritual dan Dharma
mereka mencapai adalah benar dan nyata. Mereka semua mengajarkan Dharma
untuk makhluk hidup. Karena makhluk hidup memiliki berbagai kemampuan,
semua Buddha yang datang ke dunia ini pertama kali mengajar makhluk
hidup dengan cara yang tak terbatas dan terampil. Semua Buddha memiliki
kekuatan ini dan kemampuan. Jadi, ketika kita berkomunikasi satu sama
lain, kita juga harus menerapkan cara-cara terampil, sementara pada saat
yang sama menggunakan kekuatan kebenaran. Kita tidak dapat menikmati
terlalu banyak berarti terampil; yang akan menyebabkan masalah. Jadi,
kekuatan kebijaksanaan Buddha juga kekuatan sarana terampil.
Jadi, dalam
mempelajari jalan Buddha, pertama kita harus percaya pada apa yang
dikatakan Sang Buddha. Tujuan Buddha dalam mengajar Dharma bagi kita
semua untuk kembali ke intrinsic nature kita. Oleh karena itu, sebagai
praktisi Buddhis, kita harus memiliki tekad untuk menjaga pikiran kita
dan memurnikan ajaran.
Dear Bodhisatva, sbg
praktisi harus terus mempertahankan dan menjalankan ikrar kita, our path
will be great. So, we must always be mindful.
Ringkasan oleh Fitri M di Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar