20140613 Memegang Teguh Sila Tanpa Cacat & Bocor
Pagi ini ketika
berjalan keluar, menikmati suasana damai & pemandangan yg indah dlm
hati merasa bersyukur. Masa dpn tak bs diprediksi tetapi rasa syukur dlm
hati harus terus di jaga, demikian jg pada saat beraktifitas,
berinteraksi dgn manusia lainnya, dan masalah, rasa syukur tetap dijaga.
Sbg mahkluk awam,
kadang kita bs khilaf. Buddha Dharma ada disekeliling kita, tergantung
kepada kita sendiri apakah mau membuka hati utk menerima dan
menjalaninya atau tidak. Master menekankan pentingnya memegang teguh sila dan menjalankannya dgn benar. Contoh pertama
diumpamakan Sila sbg garis batas. Garis yg membatasi hal benar dan tidak
benar. Seperti halnya orang membangun tembok pagar di sekeliling rumah
atau penjara. Tinggi rendah tembok pagar tergantung kita, asalkan tak
ada retakan. Contoh real dari Master adl saat beliau berkunjung ke
lokasi pembangunan. Ada seorang murid yg mengenalinya dan langsung
menurunkan pagar pembatas agar Master bs langsung lewat. Master
menolaknya dan lebih memilih berjalan memutari pagar krn meski telah
diturunkan, sbnrnya batas pagar tsb tetap ada. Master mengingatkan bahwa
kita jgn mudah membuka / menurunkan pagar batas (Sila) karena orang yg
tidak teguh akan mudah terlena dan fungsi pembatas itu jd tidak ada.
Contoh berikut adl
mengumpamakan Sila sebagai kapal yg bs menyeberangkan mahkluk awan ke
pantai bahagia, asalkan kapal tsb dijaga tetap utuh, jgn ada retakan
atau pun lubang. Lubang pada kapal (bocor) bs mengakibatkan kapal
tenggelam kembali ke lautan samsara (penderitaan).
Ada pernyataan dlm
sutra bahwa sekali bentuk manusia hilang, mungkin perlu berkalpa2 sblm
bs kembali berwujud manusia...oleh karena itu kita harus menggenggam
setiap momen dan selalu bersungguh hati.
Ringkasan oleh Viny Kurniawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar