Sabtu, 14 Juni 2014

20140613 Memegang Teguh Sila Tanpa Cacat & Bocor

20140613 Memegang Teguh Sila Tanpa Cacat & Bocor

Pagi ini ketika berjalan keluar, menikmati suasana damai & pemandangan yg indah dlm hati merasa bersyukur. Masa dpn tak bs diprediksi tetapi rasa syukur dlm hati harus terus di jaga, demikian jg pada saat beraktifitas, berinteraksi dgn manusia lainnya, dan masalah, rasa syukur tetap dijaga.

Sbg mahkluk awam, kadang kita bs khilaf. Buddha Dharma ada disekeliling kita, tergantung kepada kita sendiri apakah mau membuka hati utk menerima dan menjalaninya atau tidak. Master menekankan pentingnya memegang teguh sila dan menjalankannya dgn benar. Contoh pertama diumpamakan Sila sbg garis batas. Garis yg membatasi hal benar dan tidak benar. Seperti halnya orang membangun tembok pagar di sekeliling rumah atau penjara. Tinggi rendah tembok pagar tergantung kita, asalkan tak ada retakan. Contoh real dari Master adl saat beliau berkunjung ke lokasi pembangunan. Ada seorang murid yg mengenalinya dan langsung menurunkan pagar pembatas agar Master bs langsung lewat. Master menolaknya dan lebih memilih berjalan memutari pagar krn meski telah diturunkan, sbnrnya batas pagar tsb tetap ada. Master mengingatkan bahwa kita jgn mudah membuka / menurunkan pagar batas (Sila) karena orang yg tidak teguh akan mudah terlena dan fungsi pembatas itu jd tidak ada.
 
Contoh berikut adl mengumpamakan Sila sebagai kapal yg bs menyeberangkan mahkluk awan ke pantai bahagia, asalkan kapal tsb dijaga tetap utuh, jgn ada retakan atau pun lubang. Lubang pada kapal (bocor) bs mengakibatkan kapal tenggelam kembali ke lautan samsara (penderitaan).
Ada pernyataan dlm sutra bahwa sekali bentuk manusia hilang, mungkin perlu berkalpa2 sblm bs kembali berwujud manusia...oleh karena itu kita harus menggenggam setiap momen dan selalu bersungguh hati.

Ringkasan oleh Viny Kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar