20150605 - Membaca dan Melafalkan Agar Memahami
Agar pikiran kita yang belum tercerahkan dapat memahami pikiran, pengetahuan dan pandangan Buddha, perjalanan kita memang masih sangat panjang. Akan tetapi, Buddha berkata, apabila kita dapat memperbaiki pikiran kita, maka dengan cepat kita akan dapat mendekati pikiran Buddha.
Arahat dan Pratyekabuddha mengira bahwa pikiran Buddha hanya milik Buddha seorang saja, maka karenanya mereka menghentikan pelajaran mereka. Di Sutra Bunga Teratai, Buddha memakai perumpamaan sebuah kota bayangan. Walaupun para muridnya mempunyai karma masing-masing untuk menerima Buddha-Dharma, mereka dengan mudah akan merasa lelah dan akan berhenti. Maka, Buddha memberi mereka sebuah kota bayangan untuk beristirahat. Namun, kota bayangan ini tidaklah nyata. Tempat tujuan utama dan yang sebenarnya masihlah jauh. Ini adalah tempat di mana semuanya jelas dan kosong. Kita dapat mencapai tempat ini dengan kondisi kita saat ini yang masih belum tercerahkan, asalkan kita rajin.
Di zaman di mana Buddha tidak hidup, kita perlu dengan rajin membaca dan melafalkan Sutra dan memusatkan perhatian untuk memahami maknanya, untuk meningkatkan kebijaksanaan kita. Untuk melatih diri di jalan spiritual, kita harus menanam berkah sekaligus kebijaksanaan. Dengan demikian kita baru dapat menerapkan ajaran dalam praktek nyata serta merubah kehidupan banyak orang. Di saat yang sama, kita juga menanam berkah dan kebajikan.
Kebajikan didapat saat kita berinteraksi dan menolong makhluk hidup tanpa terpengaruhi oleh mereka. Ini adalah kebajikan sejati para Buddha dan Bodhisattva yang berada di tengah-tengah manusia. Inilah yang disebut berlatih ke dalam, berpraktek ke luar.
Dengan berlatih ke dalam, pikiran kita terlatih untuk tidak terpengaruh oleh kondisi luar. Akan tetapi, tujuan kita adalah agar dapat berada di tengah kondisi seperti ini. Kemampuan kita dan terjaganya pikiran kita bergantung pada keteguhan hati dan besarnya tekad kita dalam berlatih di jalan spiritual. Saat pikiran kita terjaga, kita akan tetap aman berada di tengah masyarakat.
Kita perlu melewati segala hambatan yang kita buat dalam diri sendiri dengan cara meninggalkan kota bayangan ini dan dengan rajin berjalan menuju kenyataan yang sesungguhnya. Membaca, melafalkan, dan mengerti secara terperinci makna dari teks Sutra sangat penting bagi pengikut Buddha. Dengan demikian, barulah ajaran ini dapat dipraktekkan dan diteruskan. Apabila kita menerima Dharma, maka ia akan hidup di dalam hati kita.
Buddha memakai sebuah kisah untuk menjelaskannya lebih dalam. Di zaman itu hidup seorang pembunuh, pembangkang, dan tidak berbakti. Ia bermalas-malasan dan kerap melakukan tindakan kriminal. Suatu hari ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh raja. Ketika hampir saja hidupnya akan diakhiri, sebab dan kondisi datang bersamaan dan Buddha kebetulan sedang memimpin sekelompok bikhu untuk ke kota menerima persembahan. Mereka melihat sekelompok orang sedang memimpin si kriminal untuk mendapatkan hukuman mati. Ketika pria ini melihat sang Buddha, ia pun berteriak, "Oh, Buddha! Buddhan tolonglah selamatkan saya. Apabila saya bisa terlepas dari kematian ini, saya berjanji akan hidup membiara. Saya akan rajin melatih diri dalam jalan spiritual."
Buddha berbalik dan berkata kepada Ananda, "Ananda, beritahu raja bahwa saya meminta agar orang ini diampuni dan diserahkan kepada saya." Ananda melakukan sesuai yang diperintahkan. Dan karena sang raja adalah pengikut Buddha yang setia, ia pun menuruti kemauan Buddha dan menganggapnya sebagai persembahan yang ia dapat berikan pada sang guru.
Sejak saat itu, pria ini tidak membuang waktunya sedetik pun. Bersama orang lain ataupun sendirian, walaupun dikritik atau dikata-katai orang, dia tetap bersuka cita. Ia berkata, "ini menghilangkan karma saya! Terima kasih atas ajaran ini." Dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang begitu hebatnya, dia menerima ajaran. Dalam waktu yang sangat singkat, ia telah berhasil menerima buah kesadaran.
Banyak orang mempertanyakan, bagaimana caranya orang jahat yang hampir dihukum mati ini dapat menerima ajaran Buddha dan apa yang Buddha lakukan sehingga dengan kekuatan Buddha orang jahat ini dapat berubah. Ananda mewakili para bikhu lain bertanya kepada Buddha, dan demikianlah ceritanya.
Ini adalah cerita mengenai berkah dan kebajikan dari banyak kehidupan yang lampau. Ketika Buddha Indradhvaja ada di dunia, ia berkelana dan mengajar. Ada seorang brahmacarin yang sedang menjalani praktek spiritual pemurnian diri. Saat ia melihat Buddha Indradhvaja, segeralah ia merasa bersukacita. Ia mempersembahkan tubuh dan pikirannya kepada Sang Buddha. Lalu ia pun ditanya, "kamu begitu bersungguh hati memberikan persembahan. Apa kamu ada permintaan?"
"Oh, tidak, tidak," kata brahmacarin itu. "Namun, apabila saya dapat meminta saya harap saya dapat menjadi pengajar, yang ketika orang mendengar saya akan timbul keyakinan, penghormatan, dan sukacita dalam diri mereka. Dengan demikian, barulah mereka dapat mempratekkan ajaran dan kehidupan mereka dapat berubah. Inilah satu-satunya harapan saya," lanjutnya. Nah, brahmacarin ini adalah Buddha Sakyamuni. Itulah mengapa raja ataupun orang jahat akan yakin, penuh hormat, dan bersukacita menerima ajaran dari beliau.
Yang terpenting adalah Sutra yang sudah dibaca dan dilafalkan harus dipraktekkan. Ketika melafalkan Sutra dengan suara lantang, kita berada dalam keadaan kontemplatif. Membaca adalah melihat teks, melafalkan adalah menghafal teks. Keduanya apabila dijalankan dalam kontemplasi bagaikan menambahkan kayu ke dalam api.
Kita perlu membaca teks berulang kali sampai kita tidak perlu lagi melihat teksnya untuk mengetahui apa itu. Ketika kita menghafal sesuatu, kita memasukkannya ke dalam hati kita. Kita menghafal Sutra bukan untuk mengatasi masalah kita, tetapi menghafal Sutra dapat meningkatkan daya ingat dan kebijaksanaan kita karena ajaran akan terpatri dalam hati dan pikiran kita, dan dengan sendirinya kita akan memiliki karakter yang baik. Saat kita melafalkan Sutra, pikiran kita juga tidak akan ke mana-mana dan akan merenungkan isi Sutra.
Akan tetapi, tanpa dipraktekkan, ajaran ini tidak akan menjadi apa-apa. Tanpa dipraktekkan, ini artinya kita belum betul-betul memahami Dharma. Oleh karenanya membaca, melafalkan, dan mempraktekkan Sutra perlu kita jalankan dengan penuh kesadaran dan kesungguhan hati.
Gan en.
Ringkasan oleh Amelia Devina
Bagus sekali sharing dharma ini
BalasHapus